Minggu, 20 November 2016

cerpen

PARTNER IN CRIME

KRIIIIING...KRIIIIING....KRIIIING......
            Yatuhan, tak ada yang lebih menyebalkan dari suara ini. Bahkan aku mulai berfikir musuh terbesarku di dunia ini bukanlah alien, bukan pula guru sinting yang selalu memberikan muridnya tugas tanpa batas. Melainkan sebuah benda bulat yang terbuat dari besi yang bahkan benda ini hanya bisa bergerak memutar. Jika dibandingkan dengan dua opsi yang aku sebutkan tadi jujur saja sebuah jam beker mungkin tidak lah berarti apa- apa bagi orang lain. Tapi bagiku? Sungguh, benda mati yang satu ini sangat menjengkelkan. mencoba mengabaikannya, Aku kembali meringkuk dan menarik selimut melewati kepalaku mencoba memejamkan mata dan melanjutkan tidurku yang terganggu.
 Setelah merasa cukup mengistirahatkan kedua mataku, aku mencoba mencari handphone ku yang kuletakkan diatas nakas. Masih dengan dua mata yang enggan membuka aku meraba- raba nakas di samping tempat tidurku. Membuka screenlock dan aku melotot melihat 4 angka yang tertera disana 06.45 yang berarti 15 nmenit lagi pelajaran pertama akan segera dimulai. Tidak ingin membuang waktu aku langsung meloncat dari kasur dan masuk ke kamar mandi.
Selesai melakukan ritual ku yang hanya mandi kebut, aku menuruni anak tangga dengan terburu- buru. Melirik sebentar ke arah dapur aku melihat ibuku yang sedang membersihkan kompor dan di ruang tamu ayah ku membaca koran ditemani dengan secangkir kopi didepannya. Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi aku langsung melesat menuju pintu keluar tanpa pamit dan salam, mengeluarkan motorku dari bagasi dan menuju sekolah.
            Sebelum mencapai gerbang sekolah aku berhenti setidaknya 25 meter dari sekolah – entahlah? Aku tidak tau pasti. Sial bagiku karena gerbang sudah ditutup sepertinya dewi fortuna tidak berpihak kepadaku kali ini.
            Aku diam sejenak memperhatikan gerbang dan berfikir agar bisa masuk kekelas tanpa disambut oleh buk rini. Aku tidak akan disambut dengan dibentangnya karpet merah dan orang- orang yang melempar bunga seperti seorang bangsawan, melainkan disambut dengan diberikannya sapu dan pel bergagang merah dan dengan tubuh gempalnya dan suara iblisnya buk rini akan menjewerku dan berteriak “bersihkan gudang dan toilet sekarang juga!!”. Dan kalian tau? Setiap melihat bu rini aku tidak bisa untuk tidak tertawa karena dengan tubuh gempalnya rambut keriting dan yang paling membuat aku geli adalah riasan wajahnya yang sangat tebal sehingga bu rini terlihat seperti memakai topeng bukannya malah cantik dia malah terlihat menyeramkan. Dan jangan lupakan perbedaan warna muka dan tangannya.
menyadari tidak ada cara lain untuk masuk kesana tanpa harus bertemu si iblis bertopeng, aku memutar balik motorku dan ke warung milik pak dang yang terletak di belakang sekolah. Aku memarkirkan motorku di samping warung pak dang mencari tempat duduk dan langsung memakan bakwan yang sudah disediakan di atas meja. pak dang mengernyit menatapku bingung.
“ neng rara gak sekolah?”tanya pak dang masih terus menatapku.
            “ sekolah pak tapi gerbangnya udah ditutup dari pada ketemu bu rini mendingan rara ketemu pak dang. Ya gak pak?” kataku sambil nyengir dan kembali memakan gorengan milik pak dang.
“sendirian aja neng ? gak sama temen- temen nya yang ganteng itu?”.
Aku mendongak memandang pak dang. Temen? Ganteng?. Astaga aku melupakan sahabat- sahabat ku- my patner in crime. biasanya kalau mereka tidak menemukanku dikelas mereka akan telepon, line, sms atau apapun untuk menghubungiku. Tapi dari tadi aku tidak merasakan getaran di saku baju ku.
Pantas saja tidak bergetar kan hp ku belum kehidupkan. Memencet tombol powernya dan akhirnya hp ku hidup tak lama kemudian terpampang 35 panggilan tak terjawab, 73 line belum dibaca, dan masih banyak yang lainnya. Mengabaikan panggilan tak terjawab aku membuka notif line. Ada 57 notif di grupku dan sahabatku.  Dan 16 pc dari riko.
Aku membuka grup line dan terkekeh melihat mereka ber 4 mencariku seperti kehilangan anak mereka. Jari- jari ku menari diatas keyboard dan membalas obrolan mereka.
Rara ardianta : pagi suami- suami ku tercinta :*
Belum sempat aku mengeluarkan aplikasi line hp ku
sudah bergetar menandakan ada notif line baru.
Andariko setiawan : dea lo dimana nyet?
Arbani tridaya : pagi juga istriku tercintah *kecupjidat
Joan Nova : woy gembel cantik lo dimana?, tugas
                                     sejarah gue ada di lo. Mati dah gue di
                                     omelin kanjeng  ratu.
Andariko setiawan : BENI ! -_-
Rara ardianta : gue di warung pak dang bang.
Rara ardianta : EWWW! JABLAY NAJIS KECUP
                                           JIDAT-_-
Rara ardianta : sorry bro gue gak bawak buku hari ini
                                        jadi buku lo ada dirumah gue. Nikmati
                                        sajalah kicauan merdu kanjeng ratu.
Joan Nova   : mati aje lu!!!! -__-
Rara ardianta : baiklah permintaan tuan jono sedang
                            Dalam proses harap tunggu 100 tahun
                            Lagi.
Buat kalian yang bertanya kenapa aku memanggil joan nova dengan panggilan jono. Jawabannya karena nama joan nova terlalu bagus untuk cecurut macem dia.
Aku menutup aplikasi  line dan meletakkan hp ku di meja pak dang membiarkan hp ku terus menerus bergetar dan melanjutkan makan gorengan yang di jual pak dang.


***